TEMPO.CO, Jakarta - Mantan anggota ISIS asal Inggris dari kelompok The Beatles, Alexanda Kotey, mengaku pernah menyelamatkan algojo sandera dari negara Barat saat bertempur di Suriah.
Alexanda Kotey adalah Anggota ISIS asal Inggris dari kelompok berjuluk The Beatles, yang memiliki nama panggilan Ringo.
Kotey mengaku membantu anggota ISIS Inggris lainnya bernama Jihadi John, untuk menjadi anggota penting kelompok teror sampai menjadi algojo, dan pernah menyelamatkan nyawa John di medan tempur.
Baca juga: Alexanda Kotey, Buka-bukaan Hidup Sebagai Militan ISIS
Kotey, 35 tahun, mengungkapkan persahabatannya dengan anggota ISIS asal London, Mohammed Emwazi alias Jihadi John, menurut laporan Mirror.co.uk, 18 Juni 2019.
Kotey memiliki seorang istri dengan tiga putri, yang masing-masing berusia lima, tiga dan satu tahun.
"Sejauh yang saya tahu saya adalah warga Inggris dan akan tetap menjadi warga Inggris," kata Kotey.
Kotey dan Emwazi mendapat julukan The Beatles oleh tawanan Suriah. Kotey dijuluki John dan Emwazi dijuluki Ringo, merujuk nama personel The Beatles.
Jihadi John, yang bernama asli Mohammed Emwazi, tewas dalam serangan drone pada November 2015.[Mirror.co.uk]
Kotey mengatakan Emwazi membantai serangkaian korban yang tidak bersalah, namun dia mengaku pembunuhan itu tidak mengubah perasaannya kepada sahabat lamanya dari London Barat karena pembunuhan itu hanya berlangsung dua menit.
"Dia (Jihadi John) tewas oleh drone AS pada November 2015 saat berusia 27 tahun," kata Kotey.
Di lokasi penjara rahasia di wilayah Rojava yang dikuasai pasukan Kurdi, dia mengatakan kepada Daily Mirror bagaimana dia menyelamatkan Emwazi ketika dia ditembak oleh kelompok pemberontak anti-teror, pasukan Free Syrian Army dalam pertempuran sengit di dekat kota Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah pada awal 2014.
"Kami berada di pedesaan Aleppo dikelilingi oleh faksi tentara Free Syrian Army dan mereka merebut kota terdekat dari kami. Kami telah diberitahu untuk mendapatkannya kembali dan diserang." cerita Kotey.
"Kami menyerang dari kebun zaitun dan mencoba memotong ladang terbuka. Dia ada di depan saya. Saya bertempur bersama Emwazi. Kami hanya setengah jalan dan ditembaki. Kami berdua turun dan dia tertembak.
"Dia berbaring di sana. Peluru itu mengenai bagian belakangnya dan kami berhasil berguling untuk berlindung," lanjut Kotey.
Baca juga: Pasukan Elit Navy SEAL Diadili karena Bunuh Tawanan ISIS
"Saya memegangnya di pangkuan saya dan saya waktu itu benar-benar berpikir dia sedang menghirup napas terakhirnya. Saya menolongnya dan membawanya ke mobil dan kami membawanya ke rumah sakit darurat sampai dia selamat."
Beberapa bulan kemudian, Emwazi muncul dalam video di internet yang memperlihatkan dirinya dengan tangan dingin memenggal sandera dari negara-negara Barat.
Kotey pertama kali bertemu Emwazi di jalanan London, tempat Kotey dibesarkan di Ladbroke Grove.
Keduanya terkait dengan jaringan "London Boys" yang terdiri dari para ekstremis yang terhubung melalui sepak bola dan pertukaran esai tentang Islam radikal.
Keduanya melakukan perjalanan ke Suriah bersama pada 2012 ketika para ekstremis bertempur untuk mendirikan kekhalifahan di wilayah tersebut, setelah pemberontakan 2011 melawan rezim Presiden Bashar Assad.
Ketika teroris ISIS mulai merebut wilayah tersebut, serangkaian video pada tahun 2014 menunjukkan Emwazi memenggal kepala tawanan dari negara Barat.
Alexanda Kotey ketika bergabung ISIS.[ITV News/Mirror.co.uk]
Kotey mengklaim dia secara pribadi keberatan dengan rekaman tersebut, namun Kotey mengakui mereka tetap berteman Bahkan kedua istri mereka menjadi teman dan tetap berhubungan.
Kotey mengaku dia menangis ketika sebuah pesawat drone AS membombardir Emwazi dengan rudal hellfire di Suriah, yang membunuh rekannya seketika.
Kotey mendengar berita kematian Emwazi dari ratusan kilometer jauhnya ketika dia berada di sekolah sniper ISIS.
Baca juga: Remaja Inggris Cerita Pengalaman Selama Tinggal di Daerah ISIS
Departemen Luar Negeri AS menyebut Kotey sebagai teroris yang ditunjuk, yang kemungkinan terlibat dalam eksekusi kelompok dan metode penyiksaan yang sangat kejam.
"Perekrut yang bertanggung jawab untuk merekrut beberapa warga negara Inggris untuk bergabung dengan organisasi teroris," kata Departemen LUar Negeri tentang Kotey.
Alexanda Kotey adalah salah satu mantan kombatan ISIS dari negara Barat yang menunggu nasibnya di Rojava, di mana beberapa tahanan Prancis telah dikirim ke Baghdad untuk diadili dan digantung.